Kebahagiaan itu kadang egois, mungkin kita tak akan peduli dengan siapapun yang terluka. Yang penting itu kita bahagia dan merasa puas. Tidakkah kita berfikir ada orang lain yang juga ingin bahagia, mengapa harus mereka yang akan jadi korban dalam kebahagiaan kita? Mengapa harus mereka yang terluka? Mungkin itulah yang aku rasakan. Aku merasa sedih sekali, ketika harus menerima kenyataan bahwa keluargaku yang tidak utuh. Mungkin inilah takdir Tuhan, tetapi aku tahu Tuhan tidak sejahat itu. Tuhan tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Tidak ada sedikitpun orang yang tahu kalau ada seribu duka yang aku simpan di hari-hariku. Entah apa yang aku fikirkan, mungkin tak ada satupun orang yang tahu. Mungkin aku hanya perlu waktu menceritakan masalahku kepada seseorang yang bisa aku percaya. Aku tidak mau siapapun yang tahu tentang keadaanku ini. Aku pikir, apa mereka akan peduli?
Sebelum berangkat sekolah, aku mencium yangan ayahku untuk pamit pergi ke sekolah dan disaat itu juga ayahku menjawab salamku serta mengucapkan “Hati-hati nak di jalan”. Itu di saat ayah di rumah. Jika ayah pergi, tak ada yang aku ajak pamitan. Hanya aku yang sendiri di rumah tanpa seorangpun. Itu semua telah aku jalani dari aku masih anak SD. Seorang ibu, seorang kakak telah lama pergi meninggalkanku. Tapi aku sangat yakin bahwa mereka masih ingat aku. Kerinduan yang mendalam pada mereka selalu ada di setiap hari-hariku dan membuat aku ingin menangis. Kadang ayah di rumah, kadang ayah pergi bekerja. Jika ayah di rumah, betapa bahagianya aku setiap hari mendapatkan perhatian. Tapi, jika ayah pergi selama berbulan-bulan perhatian itupun hilang tak kudapat lagi. Harus menunggu lagi di saat ayah pulang. Ketika aku sendiri, perasaan sedih, khawatir, rindu semua mengusik di setiap tidurku. Karena hari-hari kulewati tanpa hadirnya keluargaku.
Tepat jam 06.45 pagi, aku tiba di sekolah. Dengan wajah kupaksakan untuk tersenyum aku berjalan menelusuri lorong kelas, melewati kakak-kakak kelas dan teman-teman yang lain yang sedang bercanda ria, ada juga yang asyik membaca buku. Sesampainya di depan kelasku, aku melihat teman-teman sedang belajar karena hari ini ada ulangan harian. Tiba-tiba, ketika mereka melihat kehadiranku mereka langsung mendatangiku, teriak-teriak histeris, memelukku, dan mengucapkan “Selamat ulang tahun Keisha”. Aku tersentak kaget karena aku tidak ingat bahwa hari ini ulang tahunku. Yang aku fikirkan hanyalah keluargaku. Aku menangis karena gembira dan terharu sekali. Satu persatu aku menerima jabatan tangan dan ucapan serta doa dari mereka. Terima kasih teman, aku terharu dengan kepedulian mereka. Aku senang bisa berteman dengan mereka.
Aku berharap di hari ini aku hanya akan merasakan kebahagiaan dan tidak mau ada kesedihan. Ternyata semakin aku fikirkan kesedihanku semakin membuatku meneteskan air mata. Hangatnya air mataku yang mengalir di pipiku semakin menjadi karena aku teringat masa laluku dengan keluargaku yang indah. Di hari ulang tahunku ini aku ingin keluargaku berkumpul dan mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku seperti dulu waktu aku masih kecil. Hal itu yang masih selalu kuingat. Namun sepertinya tidak sesuai dengan harapanku, karena saat ini semuanya sudah berubah.
Aku rindu, aku rindu keluargaku yang dulu. Aku rindu ketika aku berumur 3 tahun, ayah, ibu, kakak selalu ingat hari ulang tahunku dan sama-sama mengucapkannya padaku. Mereka membelikanku kue ulang tahun dan merayakannya bersama. Itu semua tak kudapat lagi. Aku hanya bisa berharap dan berdoa suatu saat keluargaku bisa utuh lagi dan berkumpul bersama-sama mengulang kebahagiaan itu lagi. Mereka selalu ada di setiap doa-doaku.
Ayah, ibu, kakak, aku akan terus menunggu-dan menunggu kedatangan kalian. Kuingin melihat senyuman terindah kalian yang pernah kalian berikan dulu. Telah lama kurindukan belasan kasih sayang dari kalian. Datanglah, dan temuilah aku dan biarkan aku berbaring di pelukanmu walau sejenak. Karena hanya kalianlah yang sanggup membuatku bahagia dan kuat menjalani kehidupan ini karena kalian ada di fikiranku. Bisakah kalian merasakan sedih yang aku rasakan. Jauh dari ibu karena perpisahan orang tua yang menyebabkan anak jauh dari salah satunya. Tidak bisa merasakan kasih sayang yang sempurna dari keduanya. Sanggupkah kalian jika harus melupakan masa lalu yang indah dan masa kecil yang bahagia itu?
Terkadang aku merasa tidak cukup kuat menghadapi kenyataan ini, masalah-masalah yang terus datang silih berganti, dan belum lagi harus konsentrasi saat belajar di sekolah. Tapi aku yakin Tuhan selalu mendengar doa-doaku. Karena Tuhan tidak akan member cobaan kepada setiap hambaNya dengan melebihi batas kemampuan dan kesanggupan hambaNya. Motivasi dan nasehat dari mereka-mereka selalu kujadikan semangat dalam menjalani kehidupan ini. Walau aku sendiri, tapi aku yakin Tuhan selalu bersamaku.
Selama aku berumur 15 tahun, beribu-ribu cobaan aku terima. Aku sempat jatuh dan terpuruk dalam penderitaan itu. Namun aku tetap berjuang dan tidak pernah putus asa. Aku tahu, mungkin aku cukup kuat menjalani ini semua. Aku mencoba menutupi masalah hidupku agar prestasiku tidak menurun. Dan aku mencoba menganggap semuanya baik-baik saja. Pedih yang kurasakan menjalani semua sandiwara ini.
Tepatnya hari ini, umurku sudah bertambah satu tahun. Semoga aku bisa lebih dewasa dan aku harus bisa menerima semua kenyataan ini. Tidak pernah putus asa dan terus bersemangat. Karena semua yang berlalu, belum tentu bisa kembali. Perlunya motivasi dan spirit untuk menyemangati anak seperti kami agar tidak terjatuh sangat diperlukan dengan mengkondisikan keadaan seperti saat semua baik-baik saja.
Dengarlah jeritan kami! Mungkin tanpa orang tua sadari, kami anak-anakmu yang menanggung beban psikis yang luar biasa kuat. Kehilangan kasih sayang, kehilangan penopang, kehilangan tempat bernaung, dan yang paling fatal adalah kehilangan jiwa dan diri sendiri.
Kami anak-anakmu, perhatikan kami, kami tak cukup kuat untuk semua ini. Kami anak-anakmu, dan tolonglah kami. Yang kami ingin hanya semuanya kembali.
Teman, ingatlah… keterpurukan terus-menerus akan membuat kita jatuh, maka bangkitlah! Kita tidak sendiri, yakinlah Tuhan selalu ada untuk kita. Berbahagialah, kamu termasuk orang yang beruntung bisa menjalani hidup dengan keluarga yang utuh. Manfaatkanlah hidupmu dengan sebaik-baiknya. Sayangi mereka keluargamu, jadikanlah mereka sebagai sesuatu yang berharga bagimu. Kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya.
Mungkin, seringkali ketika kita hilang harapan dan berfikir bahwa ini adalah akhir segalanya. Tuhan tersenyum dan berkata “Tenang sayang, itu hanyalah belokan bukan akhir, semua akan indah pada waktunya. Percayalah”.
Dengan membangun mental bahwa realitanya kita masih hidup dan harus hidup akan membantu kita untuk bangkit. Sabar dan bahagiakanlah dirimu, kawan! Sebesar apapun masalah yang kamu hadapi, ingatlah bahwa kamu memiliki Tuhan yang jauh lebih Besar.
Tidak ada sedikitpun orang yang tahu kalau ada seribu duka yang aku simpan di hari-hariku. Entah apa yang aku fikirkan, mungkin tak ada satupun orang yang tahu. Mungkin aku hanya perlu waktu menceritakan masalahku kepada seseorang yang bisa aku percaya. Aku tidak mau siapapun yang tahu tentang keadaanku ini. Aku pikir, apa mereka akan peduli?
Sebelum berangkat sekolah, aku mencium yangan ayahku untuk pamit pergi ke sekolah dan disaat itu juga ayahku menjawab salamku serta mengucapkan “Hati-hati nak di jalan”. Itu di saat ayah di rumah. Jika ayah pergi, tak ada yang aku ajak pamitan. Hanya aku yang sendiri di rumah tanpa seorangpun. Itu semua telah aku jalani dari aku masih anak SD. Seorang ibu, seorang kakak telah lama pergi meninggalkanku. Tapi aku sangat yakin bahwa mereka masih ingat aku. Kerinduan yang mendalam pada mereka selalu ada di setiap hari-hariku dan membuat aku ingin menangis. Kadang ayah di rumah, kadang ayah pergi bekerja. Jika ayah di rumah, betapa bahagianya aku setiap hari mendapatkan perhatian. Tapi, jika ayah pergi selama berbulan-bulan perhatian itupun hilang tak kudapat lagi. Harus menunggu lagi di saat ayah pulang. Ketika aku sendiri, perasaan sedih, khawatir, rindu semua mengusik di setiap tidurku. Karena hari-hari kulewati tanpa hadirnya keluargaku.
Tepat jam 06.45 pagi, aku tiba di sekolah. Dengan wajah kupaksakan untuk tersenyum aku berjalan menelusuri lorong kelas, melewati kakak-kakak kelas dan teman-teman yang lain yang sedang bercanda ria, ada juga yang asyik membaca buku. Sesampainya di depan kelasku, aku melihat teman-teman sedang belajar karena hari ini ada ulangan harian. Tiba-tiba, ketika mereka melihat kehadiranku mereka langsung mendatangiku, teriak-teriak histeris, memelukku, dan mengucapkan “Selamat ulang tahun Keisha”. Aku tersentak kaget karena aku tidak ingat bahwa hari ini ulang tahunku. Yang aku fikirkan hanyalah keluargaku. Aku menangis karena gembira dan terharu sekali. Satu persatu aku menerima jabatan tangan dan ucapan serta doa dari mereka. Terima kasih teman, aku terharu dengan kepedulian mereka. Aku senang bisa berteman dengan mereka.
Aku berharap di hari ini aku hanya akan merasakan kebahagiaan dan tidak mau ada kesedihan. Ternyata semakin aku fikirkan kesedihanku semakin membuatku meneteskan air mata. Hangatnya air mataku yang mengalir di pipiku semakin menjadi karena aku teringat masa laluku dengan keluargaku yang indah. Di hari ulang tahunku ini aku ingin keluargaku berkumpul dan mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku seperti dulu waktu aku masih kecil. Hal itu yang masih selalu kuingat. Namun sepertinya tidak sesuai dengan harapanku, karena saat ini semuanya sudah berubah.
Aku rindu, aku rindu keluargaku yang dulu. Aku rindu ketika aku berumur 3 tahun, ayah, ibu, kakak selalu ingat hari ulang tahunku dan sama-sama mengucapkannya padaku. Mereka membelikanku kue ulang tahun dan merayakannya bersama. Itu semua tak kudapat lagi. Aku hanya bisa berharap dan berdoa suatu saat keluargaku bisa utuh lagi dan berkumpul bersama-sama mengulang kebahagiaan itu lagi. Mereka selalu ada di setiap doa-doaku.
Ayah, ibu, kakak, aku akan terus menunggu-dan menunggu kedatangan kalian. Kuingin melihat senyuman terindah kalian yang pernah kalian berikan dulu. Telah lama kurindukan belasan kasih sayang dari kalian. Datanglah, dan temuilah aku dan biarkan aku berbaring di pelukanmu walau sejenak. Karena hanya kalianlah yang sanggup membuatku bahagia dan kuat menjalani kehidupan ini karena kalian ada di fikiranku. Bisakah kalian merasakan sedih yang aku rasakan. Jauh dari ibu karena perpisahan orang tua yang menyebabkan anak jauh dari salah satunya. Tidak bisa merasakan kasih sayang yang sempurna dari keduanya. Sanggupkah kalian jika harus melupakan masa lalu yang indah dan masa kecil yang bahagia itu?
Terkadang aku merasa tidak cukup kuat menghadapi kenyataan ini, masalah-masalah yang terus datang silih berganti, dan belum lagi harus konsentrasi saat belajar di sekolah. Tapi aku yakin Tuhan selalu mendengar doa-doaku. Karena Tuhan tidak akan member cobaan kepada setiap hambaNya dengan melebihi batas kemampuan dan kesanggupan hambaNya. Motivasi dan nasehat dari mereka-mereka selalu kujadikan semangat dalam menjalani kehidupan ini. Walau aku sendiri, tapi aku yakin Tuhan selalu bersamaku.
Selama aku berumur 15 tahun, beribu-ribu cobaan aku terima. Aku sempat jatuh dan terpuruk dalam penderitaan itu. Namun aku tetap berjuang dan tidak pernah putus asa. Aku tahu, mungkin aku cukup kuat menjalani ini semua. Aku mencoba menutupi masalah hidupku agar prestasiku tidak menurun. Dan aku mencoba menganggap semuanya baik-baik saja. Pedih yang kurasakan menjalani semua sandiwara ini.
Tepatnya hari ini, umurku sudah bertambah satu tahun. Semoga aku bisa lebih dewasa dan aku harus bisa menerima semua kenyataan ini. Tidak pernah putus asa dan terus bersemangat. Karena semua yang berlalu, belum tentu bisa kembali. Perlunya motivasi dan spirit untuk menyemangati anak seperti kami agar tidak terjatuh sangat diperlukan dengan mengkondisikan keadaan seperti saat semua baik-baik saja.
Dengarlah jeritan kami! Mungkin tanpa orang tua sadari, kami anak-anakmu yang menanggung beban psikis yang luar biasa kuat. Kehilangan kasih sayang, kehilangan penopang, kehilangan tempat bernaung, dan yang paling fatal adalah kehilangan jiwa dan diri sendiri.
Kami anak-anakmu, perhatikan kami, kami tak cukup kuat untuk semua ini. Kami anak-anakmu, dan tolonglah kami. Yang kami ingin hanya semuanya kembali.
Teman, ingatlah… keterpurukan terus-menerus akan membuat kita jatuh, maka bangkitlah! Kita tidak sendiri, yakinlah Tuhan selalu ada untuk kita. Berbahagialah, kamu termasuk orang yang beruntung bisa menjalani hidup dengan keluarga yang utuh. Manfaatkanlah hidupmu dengan sebaik-baiknya. Sayangi mereka keluargamu, jadikanlah mereka sebagai sesuatu yang berharga bagimu. Kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya.
Mungkin, seringkali ketika kita hilang harapan dan berfikir bahwa ini adalah akhir segalanya. Tuhan tersenyum dan berkata “Tenang sayang, itu hanyalah belokan bukan akhir, semua akan indah pada waktunya. Percayalah”.
Dengan membangun mental bahwa realitanya kita masih hidup dan harus hidup akan membantu kita untuk bangkit. Sabar dan bahagiakanlah dirimu, kawan! Sebesar apapun masalah yang kamu hadapi, ingatlah bahwa kamu memiliki Tuhan yang jauh lebih Besar.
0 Response to "Rindu Ibu"
Posting Komentar